Penulis : Lisana Shidiq Aliya, S.Gz., M.Sc
Fenomena ruang hemodialisis yang kini mulai dipadati oleh pasien berusia 20 hingga 30 tahun adalah sebuah alarm peringatan yang keras bagi sistem kesehatan kita. Dulu, Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi dianggap sebagai penyakit degeneratif atau penyakitnya “orang tua”. Namun, data epidemiologi dalam lima tahun terakhir menunjukkan pergeseran drastis. Penyakit Tidak Menular (PTM) kini menjadi ancaman utama bagi generasi produktif, generasi milenial akhir dan Gen Z.
Akar permasalahan dari lonjakan kasus ini bermuara pada perubahan gaya hidup, khususnya pola diet. Konsumsi Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) dan sugar-sweetened beverages (seperti teh kekinian, kopi susu gula aren, dan soda) telah menciptakan kondisi yang disebut Resistensi Insulin. Asupan fruktosa dan glukosa yang berlebihan secara kronis menyebabkan pankreas bekerja ekstra keras memproduksi insulin. Lama-kelamaan, reseptor sel tubuh menjadi “tuli” atau resisten terhadap sinyal insulin tersebut. Akibatnya, glukosa menumpuk dalam darah (hiperglikemia).
Kondisi ini tidak berdiri sendiri. resistensi insulin memiliki korelasi kuat dengan hipertensi. Insulin yang tinggi dalam darah memicu retensi natrium di ginjal dan merangsang sistem saraf simpatis, yang menyebabkan pembuluh darah menyempit. Inilah mengapa diabetes dan hipertensi sering hadir sepaket, mempercepat kerusakan pada organ vital, terutama ginjal (Nefropati Diabetik).
Ciri-Ciri Spesifik pada Usia Muda
Masalah terbesar pada pasien usia muda adalah fase asymptomatic tanpa gejala yang panjang. Tubuh anak muda memiliki mekanisme kompensasi yang kuat, sehingga mereka sering merasa “sehat” padahal gula darah sudah di ambang batas bahaya. Namun, ada tanda-tanda halus yang harus diwaspadai:
1. Acanthosis Nigricans (Leher Menghitam)
Ini bukan sekadar masalah daki atau kebersihan. Munculnya lipatan kulit yang menggelap dan menebal di area leher, ketiak, atau selangkangan adalah tanda fisik paling nyata dari resistensi insulin yang parah.
2.Kelelahan Kronis
Merasa sangat lelah setelah makan siang atau lesu sepanjang hari meskipun sudah tidur cukup. Ini terjadi karena sel tubuh “kelaparan” energi akibat glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel.
3. Poliuria dan Polidipsia
Sering buang air kecil terutama di malam hari dan rasa haus yang tak kunjung hilang. Tubuh berusaha membuang kelebihan gula melalui urin, yang menarik cairan tubuh sehingga memicu dehidrasi.
4. Gangguan Penglihatan
Kadar gula darah yang fluktuatif dapat menyebabkan lensa mata membengkak, membuat pandangan menjadi kabur sementara.
5. Hipertensi Tersembunyi
Sakit kepala di bagian tengkuk atau jantung berdebar yang sering dianggap sekadar masuk angin atau stres kerja, padahal merupakan tanda tekanan darah tinggi.
Bagi masyarakat umum, paradigma “cek kesehatan hanya saat sakit” harus diubah menjadi “cek kesehatan untuk pemeliharaan”. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan minimal setahun sekali bagi mereka yang berusia di atas 25 tahun diantaranya adalah:
- HbA1c (Hemoglobin A1c): Berbeda dengan gula darah sewaktu yang bisa berubah hitungan jam, HbA1c memotret rata-rata gula darah selama 3 bulan terakhir.Diabetes: ≥ 6.5%Normal: < 5.7%Pre-diabetes: 5.7% – 6.4% (Zona kuning yang krusial untuk intervensi gaya hidup).
- Tekanan Darah Rumahan: Mengukur tensi jangan hanya di klinik (untuk menghindari white coat hypertension). Hipertensi didiagnosis jika tekanan darah konsisten di atas 140/90 mmHg, namun pada usia muda, angka 130/80 mmHg sudah harus menjadi peringatan waspada (pre-hipertensi).
- Uji Fungsi Ginjal (eGFR dan Kreatinin): Mengingat viralnya kasus gagal ginjal usia muda, tes ini wajib dilakukan untuk melihat kemampuan filtrasi ginjal. Seringkali, kerusakan ginjal baru terdeteksi ketika fungsinya tinggal 15-20%.
Investasi Kesehatan Jangka Panjang
Fenomena gagal ginjal dan diabetes pada usia 20-an bukanlah nasib buruk semata, melainkan akumulasi dari pilihan gaya hidup harian. Membatasi asupan gula harian (maksimal 50 gram atau setara 4 sendok makan sesuai anjuran Kemenkes) dan rutin memantau tekanan darah adalah langkah preventif paling murah dan efektif.
Bagi akademisi, fenomena ini membuka ruang riset mendalam mengenai intervensi perilaku kesehatan pada demografi Gen Z. Bagi masyarakat umum, ini adalah panggilan untuk sadar: bahwa sehat itu bukan sekadar tidak sakit, tetapi menjaga organ tubuh agar tetap berfungsi optimal hingga hari tua.Ingin menjelajahi lebih jauh tentang kebijakan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular? Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat Universitas Alma Ata siap membekali Anda dengan ilmu yang komprehensif. Sebagai program studi dengan akreditasi UNGGUL dan S2 Kesehatan Masyarakat terbaik di Jogja, kurikulum kami dirancang untuk menghasilkan lulusan yang kompeten ahli dibidangnya. Wujudkan passion Anda di Universitas Alma Ata.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan Prodi S2 Kesehatan Masyarakat UAA, kunjungi s2kesmas.almaata.ac.id atau ikuti media sosial kami di Instagram : @s2kesmas_uaa, Tiktok: s2kesmasuaa
Recent Comments